Langkah Maju Pengobatan HIV/AIDS (1)

Minggu (26/10/1997) di Manila, Filipina, dilangsungkan konggres mengenai penyebaran HIV/AIDS di kawasan Asia Pasifik. Dari sana terdengar kabar adanya kekhawatiran yang besar akan penyebaran penyakit ganas ini dan besarnya biaya untuk penanggulangannya.

Tulisan berikut ini tidak membahas konggres tersebut, melainkan mengenai perkembangannya di Indonesia dan upaya penanggulangannya.

Setiap orang langsung sedih dan seakan hilang semangat hidupnya, kalau dalam tubuhnya kedapatan mengidap HIV/AIDS,

sebab penyakit ini menjanjikan kematian diakhir penderitaan. Bagaimana tidak? Sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar mampu mematikan virus yang merapuhkan kekebalan tubuh ini.

Tragisnya lagi, HIV/AIDS ini penyakit yang tidak pilih kasih. Siapapun, entah laki-laki atau perempuan, tua atau bayi, di Indonesia atau di manapun, bisa diserang virus ganas ini. Tidak aneh, jika penderitanya pun sangat plural. Kalau kebetulan kita dihadapkan dengan kasus bayi yang tak berdosa terserang HIV/AIDS, rasa kemanusiaan ini benar-benar tersentuh.

Lebih memprihatinkan lagi, jumlah penderita dan korban HIV/AIDS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kasus di Indonesia misalnya, menurut catatan Yayasan Pelita Ilmu (YPI) hingga September 1997 jumlah pengidap atau penderita HIV/AIDS adalah 590 orang. Meningkat 89 orang dari tahun sebelumnya yang baru berjumlah 501 orang.

Dari jumlah itu yang meninggal 81 orang. Diproyeksikan hingga tahun 2005 jumlah anak yatim piatu akibat AIDS akan mencapai 200.000-550.000 orang.

Jika dilihat menurut perbedaan jenis kelamin, dari jumlah penderita HIV/AIDS ini 380 orang laki-laki,189 perempuan, serta 21 orang tidak diketahui. Dilihat dari kewarganegaraan, penduduk Indonesia asli berjumlah 405 orang, orang asing 168, serta tidak diketahui 17 orang.

Orang yang berusia 20-29 tahun ternyata paling rentan terhadap HIV/AIDS, yakni 274 orang dari jumlah tadi. Berikutnya yang berusia 30-39 tahun 161 orang, 40-49 tahun 55 orang, 15-19 tahun 31 orang, 50-59 tahun 11 orang, 60 tahun ke atas 3 orang, 1-4 tahun 2 orang, di bawah setahun 2 orang, dan tidak diketahui 51 orang.

Di lihat dari lokasinya, pengidap HIV/AIDS terbanyak, yakni 175 orang tinggal di DKI Jakarta. Berikutnya Irian Jaya, Riau, Jawa Timur, Bali, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jawa Barat, masing-masing 148,57,42,41,26, dan 24 orang. Sisanya di daerah-daerah laing dan yang paling sedikit terjadi di Sumatera Barat, NTT, Timor Timur, dan Aceh, masing-masing berjumlah seorang.

Di awal kemunculannya, HIV/AIDS diidentikan dengan penyakit kaum homo/biseksual. Ternyata tidaklah begitu, sebab dari kasus di Indonesia saja sebagian besar pengidapnya, yakni 399 orang adalah heteroseksual. Homo/biseksual berada di posisi kedua, yakni 91 orang. Sisanya terjangkit pada saat tranfusi darah 2 orang, hemophiliac 2 orang, transmisi prenatal 4 orang, dan tidak diketahui 86 orang.

Sebuah gambaran buram dan memprihatinkan. Apalagi kalau semua itu harus menjadi realita yang tidak bisa ditolak. Hanya saja, jangan jadikan keprihatinan ini sebagai belenggu dan keputusasaan. Sebaliknya, jadikan cambuk untuk selalu mencari problem solving hingga kita terhindar dari kematian fatal akibat serangan virus gila ini… bersambung... (Awi Wiyono/Harian Ekonomi Neraca,28 Oktober 1997).

Tulisan saya ini berhasil memenangkan Lomba Penulisan Artikel bertema Terobosan Penelitian dan Pengembangan Roche dalam Pengobatan AIDS yang digelar pada 27 Februari 1998 di Jakarta. Dewan juri Lomba Penulisan Artikel ini adalah Dr Sjamsuridjal Djauzi (Yayasan Pelita Ilmu), Marah Sakti Siregar (PWI Jaya), dan dr Syafrizal Muluk (PT Roche Indonesia). Saya mendapat hadiah uang tunai Rp7.000.000,





Ayo Menulis...!
Tulisan Anda
bisa juga jadi juara!


Ikuti tips & strateginya,
klik banner di bawah ini:


Pilihan Tepat Penulis Hebat

Jika Anda berpikir bisa,
Anda bisa jadi penulis jawara!

0 comments:

Post a Comment